Enam Tokoh Perempuan Lintas Agama Bahas Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Peranan keluarga dalam harmonisasi dan ketahanan keluarga menjadi kunci dalam masa pandemi Covid-19. Dari perspektif agama, ada nilai-nilai yang dapat diterapkan sehingga keluarga tetap kuat dalam menghadapi pandemi. 

Pemikiran tersebut merupakan salah satu kesimpulan dari diskusi yang dilakukan enam tokoh perempuan lintas agama dalam webinar bertema “Harmonisasi dan Ketahanan Keluarga ditinjau dari berbagai Perspektif Agama serta Dampak bagi Perempuan dan Anak di Masa Pandemi Covid-19”, Senin (24/08). Webinar yang dibuka oleh Wakil Ketua Asosiasi Dosen Indonesia M. Arief ini, juga menghadirkan Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi sebagai Keynote Speaker. 

Adapun enam tokoh perempuan yang hadir, adalah: Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga MUI, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis mewakili agama Islam, Ketua Pusat Studi Wanita UKI Evi Deliviana yang memberikan pendapat dari perspektif Kristen Protestan, DPP Wanita Katolik Republik Indonesia Mathilda AMW Birowo dari perspektif agama Katolik.  

Sementara pemikiran dari perspektif agama Hindu disampikan oleh Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pemuda Hindu (PERADAH) Indonesia Anak Agung Ayu Ari Widhyasari, dari agama Buddha diwakili oleh Ketua karitra/kegiatan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Tristina Handjaja, serta dari perpektif agama Khonghucu disampaikan oleh Ketua Hubungan Antar Lembaga dan Lintas Agama, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Js. Liem Liliany Lontoh.  

“Dalam forum ini, ada empat hal yang disepakati dalam memperkuat harmonisasi dan ketahanan keluarga,” tutur Ketua Bidang Kesetaraan Gender Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Titik Haryati yang bertindak sebagai moderator dalam kegiatan tersebut.  

Pertama, nilai-nilai yang baik dari setiap agama harus diterapkan dalam keluarga. “Kedua, adanya kasih sayang, perdamaian, dan kekuatan yang diperankan oleh masing-masing anggota, sehingga keluarga tetap kuat menghadapi pandemi,” kata Titik.  

Ketiga, mengupayakan kebersamaan dalam menghadapi dampak dari pandemi Covid-19 seperti stres, depresi, kegelisahan, dan kekecewaan. Keempat, setiap agama memiliki kesamaan dalam menerapkan kasih sayang anggota keluarga.(p/ab)